Critical Thinking: Sebuah Upaya Berkelanjutan

Critical Thinking: Sebuah Upaya Berkelanjutan

 

Critical Thinking atau berpikir kritis bisa dimengerti sebagai sebuah pemikiran yang jelas, rasional, logis dan mandiri. Adapun ciri-ciri seorang berpikir kritis yaitu memiliki rasa ingin tahu, kreativitas, tekun dan obyektif. Sebagai pribadi agar bisa berpikir kritis mesti memiliki kemampuan untuk berpatisipasi dalam refleksi dan pemikiran yang mandiri. Critical thinking tidak bisa berdiri sendiri, pasti terkait erat dengan cara berpikir lain yang saling mendukung.

Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana critical thinking ini dibangun, sehingga anak-anak dan kita dapat bertumbuh dalam pola pikir kritis. adakah prasyarat yang harus dipenuhi supaya critical thinking ini bisa hidup dan berkembang. Sebelum membahas pertanyaan tersebut saya pikir baik kalau kita menggali alasan mengapa critical thinking itu hal yang penting untuk dibicarakan dan diupayakan akar menjadi cara berpikir kita semua?  Sehingga kehidupan sosial masyarakat  mampu diwarnai oleh semangat berpikir kritis ini, supaya kehidupan sosial menjadi dinamis dan terbuka terhadap perubahan ke arah yang lebih baik.

Sebelum membahas mengenai bagaimana membangun dan mengupayakan critical thinking terwujud, mari kita berpikir bersama mengapa critical thinking penting. Critial  thinking atauberpikir kritis penting, karena upaya untuk mencari kebenaran dalam kehidupan bersama dibutuhkan  cara berpikir tertentu, uang mampu secara dinamis bergerak dan masuk dalam apa itu kebenaran. salah satu cara yang bisa dipakai adalah dengan mengembangkan cara berpikir kritis; kita tidak menerima begitu saja apapun yang ada, melainkan berusaha untuk selalu menggali lebih jauh, mencari lebih dalam dengan mempertanyakan apapun yang ada kaitannya dengan yang sedang dihadapi, sampai pada akhirnya kita yakin bahwa apa yang kita nilai benar, adalah sesuatu yang memang benar dan bisa dipertanggungjawabkan secara multidisiplin ilmu atau bidang.  Artinya critical  thinking membantu kita untuk mampu berpikir secara holistik karena kita memiliki kemampuan untuk berpatisipasi dalam refleksi dan pemikiran yang mandiri. Itulah alasan mengapa critical  thinking menjadi penting dan perlu dibahas bagaimana kita membangunnya melalui langkah-langkah kecil di dalam kehidupan dan keterlibatan kita.

Kalau berbicara mengenai membangun sebuah pola pikir, kita mulai dari menilai bagaimana kita hidup dan membangun kehidupan. Kehidupan yang baik adalah kehidupan yang ada dalam suasana yang baik. Orang merasa diri dicintai dan bisa mencintai, diterima, dan diperlakukan secara bermartabat.  Dari apa yang pernah kita dengar atau baca, anak yang tumbuh sejak dari dalam kandungan, dalam suasana tenang, damai, diterima, maka diharapkan akan tumbuh  menjadi pribadi anak  yang baik. Karena dalam suasana itulah anak akan merasa aman dan nyaman sehingga anakpun mampu mengungkapkan segala sesuatunya dengan terbuka, dengan tetap yakin akan adanya penerimaan dari lingkungan sosialnya, terutama penerimaan dari orang-orang terdekatnya.  Dan itu adalah bekal untuk mendidik anak mampu berpikir kritis, yang pada akhirnya akan menjadi pencari-pencari kebenaran.

Dari pengalaman, saya menyadari bahwa  anak-anak yang  mulai bisa berbicara, memiliki rasa ingin tahu yang  tinggi sekali. Anak akan menanyakan apapun yang mereka lihat. Kalau kita mendampingi mereka, kita menjadi semakin tahu bahwa  masa kanak-kanak (balita) adalah masa yang tak terduga dan  penuh dengan kejutan karena kita akan mendapatkan pertanyaan  yang tak terduga sebelumnya. Karena anak pada usia ini akan selalu bertanya, dan selalu mengejar dengan pertanyaan berikutnya. Ya, pada masa inilah, benih-benih critical thinking akan bertumbuh subur  atau  akan menemui  lahan gersang untuk pertumbuhannya. Bila anak bisa bertanya apa saja dan dia akan mendapat respon positif dan mendapat  jawaban yang memadai sesuai dengan perkembangannya, serta rasa aman karena dia bisa dan boleh bertanya apapun,  maka critical thinking sedang disemai dan dipelihara pertumbuhannya. Begitu sebaliknya bila anak bertanya dan dia tidak tidak bisa bertanya dan bila bisa bertanya tidak mendapat jawab yang benar, atau tidak mendapat perlakuan yang positif, maka disitulah benih-benih critical thinking menemui lahan gersang untuk pertumbuhannya.

Di samping itu lingkungan yang kondusif juga sangat menentukan apakah critical thinking akan berkembang atau tidak. Lingkungan di mana interaksi antar manusianya saling memanusiakan dan didasari oleh kasih sayang, kesetaraan, akan menghasilkan rasa aman bagi anak yang sedang bertumbuh.  Dalam lingkungan tersebut juga didukung dengan perilaku jujur dan terbuka, perilaku yang sejalan antara perkataan dan perbuatan, tidak ada yang perlu ditutup-tutupi. Jadi antara kejujuran dan keterbukaan, apa yang dikatakan, dilakukan dan apa yang dia lakukan baru dia katakan. Di situ anak akan bertumbuh dalam keyakinan akan diri bahwa lingkungan sosialnya menerima dan mendukungnya, tidak kuatir akan ditolak, karena tidak ada maksud terselubung  atau tersembunyi. 

Setelah anak bisa pada masa-masa awal pengenalan lingkungan, anak punya pengalaman positif karena dia bisa bertanya dan mendapat tanggapan positif, selanjutnya adalah anak akan belajar darei apa yang dilihat, didengar dan dialaminya. Selain itu anak juga kan mengikuti dan menirukan orang-orang sekitar.  Sekali lagi jika anak menemukan model, figur, contoh yang bisa dijadikan teladang positif, maka anak juga akan mengalami pertumbuhan yang positif . dan itu akan menjadi tempat yang sumber bagi pertumbuhan cara berpikir kritis anak-anak tersebut.  Bila anak-anak  mengalami kontradiksi-kontradiksi dalam kehidupan mereka, maka mereka pun akan sulit bisa berkembang dengan maksimal termasuk dalam cara berpikir kritisnya.  Hal ini penting diperhatikan karena selain anak melihat, mendengar dan mengalami, anak juga meniru, mengikuti apa yang dilakukan oleh orang yang lebih tua.

Dalam lingkungan sosial yang lebih luas, terutama di tempat di mana mereka diperkenalkan dengan dunia pendidikan entah itu PAUD, atau  apapun namanya, anak akan mengalami apakah itu penguatan terhadap apa yang sudah didapat sebelumnya dalam keluarga atau sebaliknya, pelemahan terhadap apa yang sudah didapat dalam keluarga. Begituseterusnya dengan jenjang-jenjang pendidikan berikutnya.  Maka problemnya adalah apakah anak menemukan lingkungan sosial yang kondusif untuk mendukung perkembangan cara berpikirnya tau sebaliknya. Untuuk anak-anak yangberuntung, akan menemukan lingkungan yang kondusif, lingkungan yang terbuka, di mana setiap anak merasa diterima dan diperlakukan dengan baik secara adil, setiap anak dengan  segala kekurangan dan kelebihan serta keistimewaannya mereasa mendapat tempat untuk menjadi  diri sendiri tanpa takut di tolak.  Bagaimanapun suasana keterbukaan di mana terjadi saling penerimaan, di mana rasa aman tumbuh dan tidak ada ketakutan, maka itu akan menjadi tempat yang baik untuk selanjutnya membangun kebiasaan dan pembiasaan demi terbentuknya pribadi yang utuh, berintegritas dan kritis.

Untuk membantu anak berkembang dalamberpikir adalah dengan mengembangkan kebiasaan membaca. Kebiasaan membaca bisa dimulai dari mengajak anak melihat-lihat  gambar yang ada di buku-buku bacaan anak-anak. Setelah anak tertarik tertarik baru dibacakan cerita-cerita  pendek yang menyertai gambar-gambarnya dan itu akan terus berkembang. Selanjutnya anak akan belajar membaca dan kemudian mempraktekkan membaca. Apa saja dibacanya dan ditanyakan arti atau pengertiannya. Kebiasaan ini perlu ditunjang  dengan kesediaan menyiapkan bahan bacaan, dan mengajak anak membaca. Dari semuanya itu yang paling penting adalah kita sendiri sebagai orang tgua mesti menjalankan kegiatan membaca ini.  Kita yidak bisa meminta anak membaca kalau kita sendiri tidak  menjalankannya.  Dan kalau ini sudah menjadi kebiasaan, kita tinggal memelihara dan mengembangkan terus, seraya berharap pola pikir anak dan pola pikir kita akan berkembang menjadi semakin kritis. 

Bila kebiasaan ini sudah terbangun, maka kita berharap bisa menghadapi tantangan berat selanjutnya di jaman sekarang, yaitu keberadaan gagdet enta hand phone,  Tablet, laptop, PC, atau apapun bentuknya. Kalau anak sudah punya kebiasaan membaca, maka kecanduan terhadap gagdet bisa dikurangi dengan dorongan, ajakan atau bahkan “paksaan”, untuk membaca. Membaca bisa dari mana saja entah buku manual atau bahan bacaan manual lainnya atau bahan bacaan yang ada dan tersedia di gagdet mereka. Bagaimanapun kebiasaan membaca akan sangat membantu perkembangan pengetahuan dan cara berpikir anak. Kita bisa membaca begitu banyak tulisan yang membahas mengenai manfaat atau kegunaan dari membaca. Kita juga bisa menemukan begitu banyak bahan bacaan yang bisa dipakai untuk memenuhi hasrat membaca kita dan anak-anak kita. Saya pikir kalau membaca bisa menjadi kebiasaan masyarakat kita dan negara kita maka kita berharap masyarakat kita kaan tumbuh menjadi masyarakat yang cerdas dan kritis. Masyarakat bisa memiliki kemampuan memilih dan memilah serta menyaring apapun yang baik dan tidak baik yang ada di masayrakat dan mengambil sikap yang tepat dengannya. Bukankah kemampuan itu adalah kemampuan critical thinking yang terrealisasi dalam kehidupan sosial?

            Bagi saya, salah satu indikator bahwa critical thinking mulai tumbuh danberkembang adalah semakin banyaknya orang yang sudah berani bertanya dan mempertanyakan banyak hal. Orang tidak bisa menerima begitu saja apapun yang masuk ke dalam dirinya, karena akan disaring. Dan saringan yang paling sederhana adalah dengan pertanyaan atau dengan mempertanyakannya. Dalam konteks ini pertanyaan ini menggunggat status quo, menggunggat kemapanan. Kemauan, kemampuan dan keberanian untuk bertanya dan mempertanyakan sesuatu, sepertinya hal sederhana. Namun dibalik semuanya itu ada sebuah proses yang terus menerus harus dibangun dengan semangat dan komitmen yang tinggi serta konsistensi dan kesetiaan untuk selalu menjalani proses belajar yang berlangsung terus menerus sepanjang hayat.

            Oleh karena itu mari kita berusaha untuk selalu memelihara kondisi, iklim, suasana yang positif yang memungkin setiap anak manusia bebas belajar dan belajar menjadi bebas baik di lingkungan keluarga (yang terutama) maupun di lingkungan pendidikan formal mulai dari  jenjang  yang paling rendah sampai yang paling tinggi, supaya cara berpikir manusia juga berkembang (termasuk di dalamnya cara berpikir kritis). Seiring dengan itu, marilah kita berpikir kritis agar keluarga, lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal dan informal dan semua orang yang terlibat didalamnya mau menerima perubahan dan menjadi agen perubahan dengan memberi ruang kepada cara berpikir kritis. Bukankah ini juga sejalan dengan tuntutan perubahan jaman  yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi (High Order thinking/ HOT) mengapa ini perlu? Karena untuk mencapai masa depan yang lebih baik dibutuhkan cara berpikir yang baik, yang mampu mendobrak cara pikir lama yang tidak  mau berubah, sementara perubahan itu adalah keniscayaan. Dan salah satu cara berpikir yang sangat penting dikembangkan dalam konteks ini adalah critical thinking. Agar kita bisa punya pengharapan akan masa depan yang lebih baik, karena semakin hari semakin banyak orang melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.  Dan itu bisa terjadi kalau kita pelihara akal sehat, karena hanya dengan akal sehat maka masyarakat akan selamat.

 

15 Januari 2024

Tulisan Koordinasi Geografi, Sosiologi, dan PKn

Leave a comment